ألØمدالله,
kita masih hidup sehingga kita dapat melakukan berbagai kegiatan yang semoga
bermanfaat dan tak merugikan siapa pun... Dalam kesempatan ini, Adi ingin
berbagi informasi tentang Sultan Agung, Sang Sultan yang Teguh Pendirian, silakan simak....
Mas Jolang memerintah kesultanan dari
tahun 1601 sampai tahun 1613 dengan
melanjutkan cita-cita ayahnya, Panembahan Senopati yang wafat pada 1601 Masehi.
Ia harus menghadapi berbagai pemberontakan yang ingin memisahkan diri dari
kekuasaan Kesultanan Mataram. Demak, Ponorogo, dan Gresik dapat ditaklukannya.
Namun, beliau gugur di Krapyak saat menaklukan Surabaya sehingga beliau
dijuluki Panembahan Seda ing Krapyak.
Pengganti Mas Jolang adalah anaknya, Raden Mas
Jatmika atau yang terkenal dengan nama Raden Mas Ransang yang
memerintah pada tahun 1613 dalam usia 20 tahun yang terkenal sebagai seorang
sultan yang pandai memerintah sehingga beliau dijuluki Sultan Agung. Nama asli Sultan Agung adalah
Adi Prabu Hanyokrokusumo yang lahir di Kutagede pada 1593 dan wafat pada 1645
di Karta (Plered, Bantul). Orang tuanya adalah Prabu Hanyakrawati (Mas Jolang)
raja ke-2 dan Ratu Mas Adi Dyah Banawati, putri Pangeran Benawa, raja Pajang.
Selama beliau memerintah, Kesultanan Mataram
mencapai puncak keemasan dan menjadi kerajaan terbesar di Jawa dan di Nusantara
pada zamannya. Seluruh Pulau Jawa dapat dikuasai kecuali Kesultanan Banten yang
beribukota di Kota Surosowan. Bahkan, pengaruhnya dapat tertanam di Sukadana (Kalimantan)
pada 1622 dan di Palembang (Sumatera) pada 1636.
Kehidupan ekonomi kesultanan ini
berjalan cukup maju. Hasil buminya adalah beras yang laku di pasaran dunia. Rakyatnya hidup makmur
dan aman dan mampu membiayai perang, menaklukan daerah-daerah lain dan
membangun armada yang kuat. Kehidupan sosial rakyat dan pemerintahan
dipengaruhi oleh Agama Islam dan Budaya Islam. Para sultan dikenal sebagai
pemeluk Islam yang taat. Tak heran, penguasa Kota Suci Mekah memberikan gelar Sultan Abdullah Muhammad Maulana Mataram pada Sultan Agung. Di zaman pemerintahannya, beliau
menciptakan Kalender Jawa sebagai
upaya menersatukan Rakyat Mataram dan sampai detik ini, Kalender Jawa ini masih
dipakai oleh penduduk Jawa.
Benarlah firman Allah bahwa penduduk
negeri-negeri beriman dan bertakwa pasti Allah akan melimpahkan berkah yang tak
terkira dari langit dan bumi. Sebagaimana firman-Nya, "Jika penduduk
negeri-negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka
berkah dari langit dan bumi" [QS. Al A'araf (7) : 96].
Gelar-gelar beliau :
1. Gelar Panembahan
Hanyakratakusuma atau Prabu Pandita Hanyakrakusuma yang dipakai pada awal
pemerintahannya
2. Gelar Susuhunan
Agung Hanyakratakusuma atau disingkat Sunan Agung Hanyakratakusuma setelah
berhasil menaklukan Madura (1624)
3. Gelar Sultan
Abdullah Muhammad Maulana Mataram yang diberikan oleh Penguasa Kota
Mekah pada 1641
Pada tahun 1614 VOC (saat itu
bermarkas di Ambon) mengajak Sultan Agung untuk bekerjasama namun ditolak
mentah-mentah. VOC merebut Jayajarta (sekarang Jakarta) pada 1619 dan mengganti
namanya menjadi Batavia. Meski Sultan Agung sangat membenci penjajahan, beliau
mengutus duta bernama Kyai Rangga, Bupati Tegal pada April 1627 dengan
sayarat-syarat yang diberikan oleh Kesultanan Mataram. Namun, tawaran
peradamaian itu ditolak oleh Belanda sehingga beliau menyatakan perang. Ribuan
pasukan Kesultanan Mataram menyerang VOC di Batavia (Nama Jakarta ala Belanda)
sebanyak 2 kali yaitu pada 27 Agustus 1628 dan Mei-Juni 1629.
Serangan pertama , Tumenggung
Bahureksa, Bupati Kendal dan pasukan ke-2 tiba pada Oktober 1628 yang dipimpin
oleh Pangeran Mandurareja (cucu Ki Juru Martani) dengan total semua pasukan
adalah 14 ribu orang terjadi di Benteng Holandia. Namun, serangan ini gagal
karena kurang perbekalan. Serang kedua, pasukan pertama dipimpin oleh
Adipati Ukur yang berangkat pada Mei 1629 dan pasukan kedua dipimpin oleh
Adipati Juminah yang berangkat pada Juni 1629. Seluruh pasukan berjumlah 14
ribu orang. Kesultanan Mataram mendirikan lumbung-lumbung beras di Karawang dan
Cirebon. Namun, VOC berhasil menggagalkannya. Serangan ini mampu membendung
Sungai Ciliwung dan mengakibatkan penyakit kolera yang melanda Batavia.
Gubernur Jenderal VOC, J.P. Coen matikarena wabah ini. Beliau terkenal sebagai Sultan
Islam yang mempunyai keteguhan hati dan
bertakwa, beliau tetap ingin mengusir VOC (Vereenigde Oost-Indische
Compagnie) dari Batavia.
Namun, sebelum cita-citanya terkabul,
Sultan Agung wafat pada 1645 Masehi dan dimakamkan di Imogiri. Setelah Sultan
Agung wafat, campur tangan asing terus masuk ke tubuh pemerintahan kesultanan
yang dapat mengakibatkan perpecahan wilayah kekuasaan. Hal ini disebabkan juga
karena para penguasa pengganti beliau tidak mampu mempertahankan kedaulatan
Kesultanan Mataram dan juga para pihak kerajaan saling memperebutkan kekuasaan
hingga daerah-daerah kekuasaan Kesultanan Mataram melepaskan diri dan menjadi
daerah jajahan Belanda.
Atas jasa-jasanya sebagai pejuang dan
budayawan, Sultan Agung ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia
berdasarkan S.K.Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975. Sekian yang
dapat saya tulis dan semoga bermanfaat......
Mungkin Anda tertarik untuk membaca artikel tentang 7 Tips Mengajarkan Al Qur'an Pada Anak
Mungkin Anda tertarik untuk membaca artikel tentang 7 Tips Mengajarkan Al Qur'an Pada Anak
0 Komentar
Berkomentarlah sesuai dengan artikel yang Anda baca. Pemilik blog ini tidak bertanggung jawab atas apapun komentar Anda.