الØمدالله رب العلمين
kita masih bisa bernapas hingga detik ini. . . Dalam kesempatan ini, Adi ingin berbagi pengetahuan tentang sebuah peristiwa 68 tahun yang lalu. Ya peristiwa itu adalah Peristiwa Surabaya yang terjadi pada 10 November 1945. Rakyat Indonesia khususnya warga Surabaya pasti mengetahuinya.
Inilah peristiwa itu. . .
Sekutu membentuk badan komando yang bernama Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) yang dipimpin oleh Letnan Jenderal Sir Philip Christison (Inggris) yang dimanfaatkan oleh Belanda untuk dapat menjajah Indonesia lagi. Van Mook (Bapak Divide et Impera) dan van der Plass, 2 orang perwira tinggi Belanda itu membentuk (Netherlands Indies Civil Administration) di daerah pelarian mereka di Australia.
Pada awalnya, kedatangan pasukan Sekutu diterima baik di Indonesia. Namun, ternyata pasukan Sekutu datang membawa orang-orang NICA. Sikap pemerintah Indonesia pun berubah. Apalagi, pasukan Negara Hindia Belanda dibebaskan dan diberi senjata.
Pada 25 September 1945, tentara Sekutu dan NICA mendarat di Surabaya dan mengibarkan bendera Merah-Putih-Biru (bendera Belanda) di Hotel Yamato. Tindakan tersebut menyinggung perasan rakyat dan para pejuang Surabaya. Para pemuda menurunkan bendera itu dan menyobek warna birunya, kemudian mengibarkan kembali sebagai bendera Merah-Putih.
Pada 27 Oktober 1945, tentara Sekutu tanpa seizin Indonesia menyerbu penjara Surabaya untuk membebaskan interniran Sekutu dan pegawai Relief of Prisoner of War and Internees (RAPWI) yang ditawan oleh Indonesia yang membuat rakyat Surabaya marah. Pada 28 Oktober 1945, para pejuang Surabaya melakukan pembalasan dengan menyerbu pos-pos pertahanan Sekutu di seluruh Kota Surabaya yang menyebabkan Jenderal A.W.S. Mallaby panglima tentara Sekutu untuk Pulau Jawa, tewas. Hal ini menimbulkan kemarahan pihak Sekutu. Mayor Jenderal R.C. Mansergh, tanpa berunding dengan Indonesia mengeluarkan ultimatum agar para pejuang Surabaya meletakkan senjata dan menyerah paling lambat pada jam 6 pagi, 10 November 1945. Ultimatum tersebut tidak dihiraukan oleh para pejuang dan rakyat Surabaya. Bung Tomo seorang pemimpin perjuangan rakyat Surabaya yang beragama Islam berpidato dengan membakar semangat berjuang sampai mati. Pagi hari pada 10 November 1945, Sekutu menggempur Kota Surabaya dari darat, laut dan udara. Pasukan Inggris membantai rakyat di seluruh kota. Namun para pejuang Surabaya tidak gentar dan berjuang sampai mati. Dalam waktu 3 hari hampir separuh kota berhasil dikuasai oleh Sekutu namun berakhir 3 minggu kemudian.
Faktanya, penjajahan fisik lebih cepat dilawan namun penjajahan pemikirin lebih sulit dilawan... Bagaimanakah pemerintah dan rakyat Indonesia dalam memperingati peristiwa ini ?? Atau hanya dianggap sebagai sebuah peristiwa biasa ??
Sekian yang dapat saya tulis dan semoga bermanfaat :-)
0 Komentar
Berkomentarlah sesuai dengan artikel yang Anda baca. Pemilik blog ini tidak bertanggung jawab atas apapun komentar Anda.