http://adi-ingin-berbagi.blogspot.com/
- Dalam kehidupan, kita sering menemukan berbagai perbedaan.
Perbedaan-perbedaan itu seperti agama, suku, bangsa, bahasa, negara,
kelompok dan sebagainya di seluruh dunia. Di Indonesia misalnya, ada
ratusan suku dan bahasa daerah, belasan ribu pulau, 6 agama besar yang
dianut, dan lainnya yang membuat Indonesia menjadi negara paling majemuk
di dunia. Islam yang mayoritas dipeluk di Indonesia menjadikan Umat
Islam di Indonesia sebagai Umat Islam terbanyak di dunia. Meski
demikian, Umat Islam di Indonesia sangat toleran dan menghargai setiap
agama lain dan para pemeluknya. Contoh, Indonesia mengakui 6 agama
sebagai agama-agama resmi tapi bukan berarti agama atau kepercayaan
lainnya tak dianggap. Tak hanya Umat Islam yang dapat berlibur untuk
merayakan Hari Raya Islam tapi juga perayaan agama Non Islam dijadikan
hari libur nasional. Hal ini tak Anda temukan di negara-negara Eropa dan
Amerika Serikat yang mayoritas Kristen menjadikan hari libur nasional
untuk memperingati Hari Raya Islam.
Misalnya, Negara Perancis yang mengaku menjunjung tinggi HAM tapi melarang wanita-wanita Muslim untuk berjilbab. Negara Angola yang menghancurkan masjid-masjid dan mempersulit Umat Islam untuk beribadah. Negara Cina yang melakukan diskriminasi kepada Muslim Uighur. Pemerintah Myanmar yang didukung para pendeta Budha membantai Umat Islam dari etnis Rohingya. Denmark yang membiarkan orang-orang Kristen untuk menghina Islam melalui gambar-gambar aneh yang mereka buat. Dan terakhir misalnya, Amerika Serikat yang membantai jutaan warga Muslim Irak dan Afghanistan dengan alasan perang melawan "teroris". Semua negara-negara Eropa dan Amerika Serikat yang mayoritas Kristen mempersulit Umat Islam untuk beribadah meski negara-negara tersebut mengaku menjunjung tinggi HAM dan toleransi.
Mungkin, mereka menganggap Islam sebagai agama yang tak toleran. Ya, mereka menganggap itu karena mereka hanya melihat orang-orang Islam yang melakukan kejahatan sehingga mereka menuduh negatif pada Islam dan mereka tak mengetahui Islam dengan jelas kecuali mendengarkan perkataan para tokoh yang mengidap Islamphobia.
Islam mengakui semua perbedaan dan perbedaan itu bukan sebagai jalan untuk saling menghancurkan.
Allah Ta'ala berfirman,
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu adalah orang yang paling bertakwa di sisi Allah di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" [QS. Al Hujurat (49) : 13]
Pertanyaannya, benarkah Islam tak toleran ? Benarkah Umat Islam tak menghargai ? Kami telah menjawab pertanyaan ini melalui beberapa contoh fakta di di dunia. Tapi bila belum jelas, biarkanlah kami menjelaskannya...
Allah Ta'ala berfirman,
Katakanlah, "Hai ahli kitab, marilah (berpegang) pada suatu kalimat (ketetapan) yang tak ada perselisihan antara kami dan kalian bahwa kita tak menyembah kecuali kepada Allah dan kita tak persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka, "Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)" [QS. Ali Imran (3) : 64]
Ahli Kitab adalah orang-orang Nasrani dan Yahudi. Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam pernah mencantumkan ayat di atas pada surat beliau kepada Raja Heraklius (berkuasa pada 5 Oktober 610-11 Februari 641 Masehi) agar Raja Kerajaan Romawi Timur masuk Islam. Meski fakta sejarah menyatakan bahwa Raja Heraklius lebih memilih kedudukan sebagai raja daripada masuk Islam.
Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam bersabda, "Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, tidaklah salah seorang dari umat ini, baik dia seorang Yahudi atau pun seorang Nasrani mendengar tentang aku, kemudian mati dalam keadaan tak mengimani Islam yang aku diutus dengannya, melainkan orang itu akan menjadi penghuni neraka" [Sahih Muslim Juz 1/93]
Allah Ta'ala memerintahkan kepada Umat Islam agar berdakwah dengan hikmah, pelajaran yang baik dan membantah mereka dengan cara yang baik. Berdasarkan firman-Nya, "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia Yang Lebih Mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk" [QS. An Nahl (16) : 125]
Misalnya, Negara Perancis yang mengaku menjunjung tinggi HAM tapi melarang wanita-wanita Muslim untuk berjilbab. Negara Angola yang menghancurkan masjid-masjid dan mempersulit Umat Islam untuk beribadah. Negara Cina yang melakukan diskriminasi kepada Muslim Uighur. Pemerintah Myanmar yang didukung para pendeta Budha membantai Umat Islam dari etnis Rohingya. Denmark yang membiarkan orang-orang Kristen untuk menghina Islam melalui gambar-gambar aneh yang mereka buat. Dan terakhir misalnya, Amerika Serikat yang membantai jutaan warga Muslim Irak dan Afghanistan dengan alasan perang melawan "teroris". Semua negara-negara Eropa dan Amerika Serikat yang mayoritas Kristen mempersulit Umat Islam untuk beribadah meski negara-negara tersebut mengaku menjunjung tinggi HAM dan toleransi.
Mungkin, mereka menganggap Islam sebagai agama yang tak toleran. Ya, mereka menganggap itu karena mereka hanya melihat orang-orang Islam yang melakukan kejahatan sehingga mereka menuduh negatif pada Islam dan mereka tak mengetahui Islam dengan jelas kecuali mendengarkan perkataan para tokoh yang mengidap Islamphobia.
Islam mengakui semua perbedaan dan perbedaan itu bukan sebagai jalan untuk saling menghancurkan.
Allah Ta'ala berfirman,
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu adalah orang yang paling bertakwa di sisi Allah di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" [QS. Al Hujurat (49) : 13]
Pertanyaannya, benarkah Islam tak toleran ? Benarkah Umat Islam tak menghargai ? Kami telah menjawab pertanyaan ini melalui beberapa contoh fakta di di dunia. Tapi bila belum jelas, biarkanlah kami menjelaskannya...
Allah Ta'ala berfirman,
Katakanlah, "Hai ahli kitab, marilah (berpegang) pada suatu kalimat (ketetapan) yang tak ada perselisihan antara kami dan kalian bahwa kita tak menyembah kecuali kepada Allah dan kita tak persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka, "Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)" [QS. Ali Imran (3) : 64]
Ahli Kitab adalah orang-orang Nasrani dan Yahudi. Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam pernah mencantumkan ayat di atas pada surat beliau kepada Raja Heraklius (berkuasa pada 5 Oktober 610-11 Februari 641 Masehi) agar Raja Kerajaan Romawi Timur masuk Islam. Meski fakta sejarah menyatakan bahwa Raja Heraklius lebih memilih kedudukan sebagai raja daripada masuk Islam.
Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam bersabda, "Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, tidaklah salah seorang dari umat ini, baik dia seorang Yahudi atau pun seorang Nasrani mendengar tentang aku, kemudian mati dalam keadaan tak mengimani Islam yang aku diutus dengannya, melainkan orang itu akan menjadi penghuni neraka" [Sahih Muslim Juz 1/93]
Allah Ta'ala memerintahkan kepada Umat Islam agar berdakwah dengan hikmah, pelajaran yang baik dan membantah mereka dengan cara yang baik. Berdasarkan firman-Nya, "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia Yang Lebih Mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk" [QS. An Nahl (16) : 125]
Meskipun
Umat Islam diperintahkan untuk berdakwah tapi dilarang keras untuk
memaksa Non Muslim untuk masuk Islam. Allah Ta'ala berfirman,
"Tak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar pada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" [QS. Al Baqarah (2) : 256]
"Tak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar pada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" [QS. Al Baqarah (2) : 256]
Islam
mengajarkan agar berbuat adil dan baik kepada mereka dalam hal
kewajaran bukan untuk mengikuti perayaan Non Muslim. Allah Ta'ala
berfirman, "Allah tak melarang kamu untuk berbuat adil dan berlaku adil
kepada orang-orang yang tak memerangimu karena agama dan tak mengusirmu
dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berlaku adil" [QS. Al Mumtahanah (60) : 8]
Dalam
masalah akidah harus tegas dan khusus. Maksudnya, seorang Muslim tak
bisa mengucapkan atau pun merayakan perayaan Non Muslim, begitu pun
dengan Non Muslim. Misal, Anda menganggap Yesus sebagai Tuhan pasti tak
akan ikut shalat sebagaimana yang Muslim
lakukan. Dan Muslim yang hanya menyembah Allah Ta'ala tak akan
merayakan Natal bersama Anda karena keyakinan kita beda tapi kita harus
saling menghormati.
Allah Ta'ala berfirman,
Katakanlah, "Hai orang-orang Kafir (1). Aku tak akan menyembah apa yang kamu sembah (2). Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah (3). Dan aku tak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah (4). Dan kamu tak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah (5). Bagimu agamamu dan bagiku agamaku" [QS. Al Kafirun (109) : 1-6]
Allah Ta'ala berfirman,
Katakanlah, "Hai orang-orang Kafir (1). Aku tak akan menyembah apa yang kamu sembah (2). Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah (3). Dan aku tak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah (4). Dan kamu tak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah (5). Bagimu agamamu dan bagiku agamaku" [QS. Al Kafirun (109) : 1-6]
6 ayat di atas jelas mengakui bahwa di antara kita memang berbeda agama tapi kita harus saling menghormati.
Islam pun melarang Umat Islam untuk menghina agama, tuhan atau perayaan Non Muslim. Artinya ini bukti bahwa Islam sangat menghargai dan menghormati para pemeluk agama yang bukan Islam. Allah Ta'ala berfirman,
"Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami menjadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan mereka, mereka kembali. Lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan" [QS. Al An'am (6) : 108]
Islam pun melarang Umat Islam untuk menghina agama, tuhan atau perayaan Non Muslim. Artinya ini bukti bahwa Islam sangat menghargai dan menghormati para pemeluk agama yang bukan Islam. Allah Ta'ala berfirman,
"Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami menjadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan mereka, mereka kembali. Lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan" [QS. Al An'am (6) : 108]
Sejarah
membuktikan bahwa pada awal kehidupannya di Madinah, Rasulullah
melakukan langkah pertama yaitu menyatukan masyarakat di Madinah dan di
sekitarnya meski berbeda agama, suku, kelompok dan lainnya. Maka
lahirlah Piagam Madinah, piagam perjanjian tertua
di dunia yang meletakkan dasar-dasar kehidupan berbangsa dan bernegara
bagi masyarakat majemuk. Dalam Piagam Madinah tersebut diatur hubungan
antara sesama anggota Komunitas Islam dengan komunitas-komunitas
lainnya, antara lain :
=> Saling membantu dalam pengamanan wilayah Madinah
=> Membela warga yang teraniaya
=> Menghormati kebebasan beragama dan beribadah
=> Menjaga hubungan bertetangga yang baik
=> Mengadakan musyawarah apabila terjadi sesuatu di antara mereka
=> Saling membantu dalam pengamanan wilayah Madinah
=> Membela warga yang teraniaya
=> Menghormati kebebasan beragama dan beribadah
=> Menjaga hubungan bertetangga yang baik
=> Mengadakan musyawarah apabila terjadi sesuatu di antara mereka
Setelah
Rasulullah wafat, Abu Bakar Ash Shidiq dan para sahabat
radhiyallahu'anhum lainnya wafat. Dan Umar bin Khattab
radhiyallahu'anhum menjadi seorang Khalifah, ia langsung mengirimkan
perintah kepada Pasukan Islam yang telah menguasai Yerussalem tanpa
tumpahan darah agar memberikan jaminan keamanan kepada penduduk dan
tempat ibadah mereka, jangan mengganggu dan merusak gereja-gereja dan
salib-salib mereka dan jangan mengganggu atau mengambil fasilitas milik
mereka. Maka tak heran bila para pendeta dan Umat Kristen di Yerussalem
menyambut baik kedatangan Islam.
Sekian yang dapat saya tulis. Semoga bermanfaat dan maaf bila salah
0 Komentar
Berkomentarlah sesuai dengan artikel yang Anda baca. Pemilik blog ini tidak bertanggung jawab atas apapun komentar Anda.