TERBARU

10/recent/ticker-posts

Sejarah Perjuangan Sarekat Islam

Gambar : Lambang SI

ألحمدالله, kita masih hidup sehingga kita dapat melakukan berbagai kegiatan yang semoga bermanfaat dan tak merugikan siapa pun... Dalam kesempatan ini, Adi ingin berbagi informasi tentang Sejarah Perjuangan Sarekat Islam, silakan simak....
Seorang pengusaha batik dari Kota Solo bernama Haji Samanhudi mendirikan organisasi batik pribumi untuk menghadapi persaingan dengan para pedangan Cina pada akhir tahun 1905 dengan nama Sarekat Dagang Islam (SDI) dengan corak pergerakan agama dan ekonomi di Solo. Namun diganti menjadi Sarekat Islam (SI) pada 10 September 1912.
Faktor utama dari perkembangan organisasi SI yang mengunakan asas keislaman membuat penduduk Indonesia menyakini bahwa SI sebagai organisasi pembela kepentingan Umat Islam. Pada 26 Januari 1913, H.O.S. Tjokrominoto (baca : Cokrominoto) mewakili SI dengan tegas menyatakan tujuannya untuk memajukan perdagangan, membantu pengajaran, memperbaiki pendapat yang keliru tentang Agama Islam dan hidup sesuai Syariat Islam.
Sifat yang terbuka dan merakyat membuat SI berkembang pesat dengan cabang dan anggotanya tersebar di mana pun dalam waktu singkat dan menjadi organisasi massa yang cukup besar pada zamannya. Awalnya, SI tidak berjuang di bidang politik namun dalam perkembangannya, SI menuntut pemerintah Belanda yang menjajah Indonesia agar dapat berlaku adil dan tidak berlaku sewenang-wenang.

Gambar : H.O.S. Tjokrominoto

H.O.S. Tjokrominoto terpilih sebagai ketua SI dan menyatakan bahwa SI akan bersifat kooperatif terhadap Belanda pada Kongres Pertama SI di Yogyakarta pada 18-20 April 1914. Beberapa anggota SI seperti H.O.S. Tjokrominoto dan Haji Agus Salim mempertahankan sikap kooperatif dalam Volksraad (Dewan Rakyat). Namun ternyata bahwa Volksraad dianggap tidak dapat memperjuangkan kemerdekaan membuat beberapa anggota SI mengundurkan diri. Sejak saat itu, SI menggunakan strategi non kooperatif terhadap penjajah.
Pada tahun 1915, dibentuk Central Sarekat Islam (CSI) dengan tujuan memajukan dan memelihara kerja sama antar SI lokal. Kemudian diadakan kongres lanjutan di Bnadung pada Juni 1916. Sebagai ketua SI, H.O.S. Tjokrominoto mengkritik praktek penjajahan oleh Belanda yang tak menghormati hak asai manusia di Indonesia. dan menuntut agar para wakil rakyat Indonesia diberi kesempatan untuk duduk dalam pemerintahan.
SI masih tetap menyetujui aksi parlementer-revolusioner dan mencita-citakan suatu pemerintahan nasional Indonesia pada kongres SI pada 20-27 Oktober 1917 di Jakarta. Semaun, seorang tokoh revolusioner sosialis memanfaatkan SI untuk kepentingan politik tertentu dan mengubah tujuan SI menjadi membentuk pemerintah sendiri dan berjuang melawan penjajah dan kapitalisme. SI terancam mengalami perpecahan karena sistem keanggotaan rangkap dan kegiatan anggota SI terlalu dominan di bidang politik dalam memasuki tahun 1920.

Gambar : Haji Agus Salim

Haji Agus Salim (1884-1954) dan Andul Muis mengemukakan bahwa SI melaksanakan disiplin partai seperti pada organisasi atau partai politik pada kongres di Yogyakarta tahun 1921 agar anggota SI tidak terikat dengan organisasi lain. Akibatnya, Semaun dan Darsono dikeluarkan dari organisasi SI. Hal ini yang memunculkan SI Merah yang dipimpin oleh Semaun dengan asas komunis dan SI Putih yang dipimpin oleh H.O.S. Tjokrominoto (1883-1934) dengan asas Islam dan juga membuat anggota yang menghendaki kegiatan SI bergerak lebih dominan di bidang politik mengundurkan diri dari keanggotaan SI. Pada kongres SI pada Februari 1923, SI memutuskan untuk menggunakan strategi kooperatif terhadap pemerintah Belanda sebagai penjajah di Indonesia dan mengganti nama menjadi Partai sarekat Islam (PSI).
SI Merah yang dipimpin oleh Semaun menjadi Sarekat Rakyat di bawah naungan PKI (Partai Komunis Indonesia). PSI menyatakan tujuan perjuangannya untuk mencapai kemerdekaan nasional pada kongres 1927 yang menyebabkan PSI menggabungkan diri dengan Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
Kemudian PSI berkembang menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) yang diketuai oleh Haji Agus Salim yang menunjukkan tujuan perjuangan kebangsaan Indonesia. Namun, strategi kooperatif dan nonkooperatif selalu dipertentangakan dalam tubuh organisasi PSII. Partai tersebut tidak dapat lagi mempertahankan keutuhan organisasinya sebab sebagian besar anggota partai mengundurkan diri untuk memasuki partai lain atau mendirikan partai baru.
Saya pikir hanya ini yang dapat saya tulis dan semoga bermanfaat. Saya mohon maaf bila ada yang salah...

Posting Komentar

0 Komentar