TERBARU

10/recent/ticker-posts

Resolusi Jihad



ألحمدالله, kita masih hidup sehingga kita dapat melakukan berbagai kegiatan yang semoga bermanfaat dan tak merugikan siapa pun... Dalam kesempatan ini, Adi ingin berbagi informasi seputar Resolusi Jihad, silakan simak....
Pada 22 Oktober 1945, para ulama seperti KH. Wahab Hasbullah, KH. Bisri Syamsuri dan para ulama di Jawa dan Madura mengadakan rapat di Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) , Jalan Bubutan VI/2 yang dipimpin oleh seorang ulama yang bernama KH. Hasyim Asy'ari dan atas nama Pengurus Besar NU, Kyai Hasyim Asy'ari mendeklarasikan Jihad fi Sabilillah. Fatwa itulah yang kemudian disahkan dalam Muktamar ke-16 NU di Purwokerto pada 26-29 Maret 1946. Inilah 5 butir Resolusi Jihad :
1. Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945 adalah wajib dipertahankan
2. Republik Indonesia sebagai satu-satunya pemerintahan yang sah, harus dijaga dan ditolong
3. Musuh Republik Indonesia adalah Belanda yang kembali ke Indonesia dengan bantuan Tentara Sekutu
4. Umat Islam harus mengangkat senjata melawan Belanda dan Tentara Sekutu yang ingin menjajah Indonesia lagi
5. Perang Suci wajib bagi setiap Muslim yang tinggal dalam radius 94 kilometer, bantuan material bagi yang berada di luar radius tersebut.

Butir-butir Resolusi Jihad itu menunjukkan bahwa Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945 harus dipertahankan oleh seluruh rakyat Indonesia. Misalnya di Jogjakarta, Ketua PP Muhammadiyah, Ki Bagus Hadikusumo menegaskan Perang Kemerdekaan Indonesia adalah Jihad fi Sabilillah. Siapa yang belum pernah ikut berperang melawan penjajah dan bahkan hatinya tidak berhasrat, status munafik akan mengiringinya saat meninggal dunia.

Resolusi Jihad mampu menyulap berbagai pesantren dan tempat pendidikan menjadi markas laskar Sabilillah dan Hizbullah untuk diberangkatkan ke Surabaya. Di antara para alumnus 2 laskar tersebut yang terkenal ikut bertempur di Surabaya adalah KH. Munasir Ali, KH. Yusuf Hasyim, KH. Baidowi, KH. Mukhlas Rowi, KH. Sulanam Samsun, KH. Amier, KH. Anshory dan KH. Adnan Nur.

Rasulullah صل الله عليه وسلم bersabda, "Tidak ada 1 amal shaleh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi alaml shaleh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzulhijjah)". Para Sahabat bertanya, "Tidak pula Jihad di Jalan Allah ?". Rasulullah صل الله عليه وسلم menjawab, "Tidak pula Jihad di Jalan Allah kecuali orang yang berangkat Jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali 1 pun". [HR. Dawud dan Ibnu Majah]

Namun, panggilan hati sebagai penjaga umat membuat para ulama itu tidak melanjutkan karir militer mereka secara maksimal setelah revolusi fisik. Mereka pun kembali mengasuh para santri di pesantren dan bahkan, mereka menyingkir dari arena politik. Namun sangat disayangkan, perjuangan mereka tidak terdokumentasi dalam buku-buku sejarah Indonesia oleh para sejarawan sekuler agar para pelajar tidak mengetahui jasa-jasa perjuangan para ulama dalam menegakkan kemerdekaan Indonesia dan agar para pelajar menganggap kemerdekaan Indonesia adalah hasil dari perjuangan para nasionalis yang berpendidikan ala Barat. Ironis, tapi inilah fakta yang mengecewakan....
Semoga bermanfaat dan kita bisa mengambil pelajaran dari peristiwa di masa lalu...

Posting Komentar

0 Komentar