TERBARU

10/recent/ticker-posts

Bulan Bercahaya dalam al Qur'an


Assalamu'alaikum warohmatullohi wa barokatuh

Para penggugat dan penghujat Islam sering mempersalahkan QS. NUH (71) : 16 sebagai Ayat Suci Al Qur'an yang tidak ilmiah karena mengatakan bulan bercahaya (dalam persepsi mereka, bercahaya artinya udah pasti punya cahaya sendiri kaya petromak).

Bagaimanakah Al Qur'an menjelaskan bahwa cahaya bulan hanya pantulan dari matahari, sedangkan matahari menghasilkan cahaya sendiri ???

Untuk memahami ini, sebaiknya kita jangan hanya berkutat pada 1 ayat. Pelajarilah Al Qur'an secara keseluruhan.

Jangan sepotong-potong dan yang lebih penting pelajari tinjauan nahwu shorof bahasa Arab-nya bukan sekedar melototin terjemahannya.

Perhatikan Firman-Nya :

16:18

"dan Allah menciptakan padanya BULAN SEBAGAI CAHAYA (nuron) dan menjadikan MATAHARI sebagai PELITA (siroja)" [QS. Nuh (71) : 16]

perhatikan lagi !

"Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya MATAHARI berCAHAYA (sirojan) dan BULAN yang MEMINJAM CAHAYANYA (muniroo)" [QS. Al Furqan (25) : 61]

Perhatikan lagi !

10:5
"Dia-lah yang menjadikan MATAHARI berSINAR (dhiyaa a) dan BULAN berCAHAYA (nuron) dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui" [QS. Yunus (10) : 5].


Imam mufassir al Baidhawi menafsiri ayat ini, "Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya" [QS. Yunus (10) : 5] setelah beliau menjelaskan gambaran matahari dan bulan, sementara bulan bersinar karena menerima pantulan sinar matahari dan menyerapnya".


Perhatikan lagi,


78:13

"dan Kami jadikan pelita yang amat terang (SIROJA WAHAJ--matahari)" [QS. An Naba (78) : 13].


Dalam AL QUR'AN, MATAHARI (assyamsu) selalu menggunakan kata "SIROJA" yang berarti OBOR, "DHIYA A" berarti cahaya kemuliaan atau "WAHAJ" yang berarti lampu yang hidup/terang.

Sedangkan untuk BULAN (qomar) menggunakan kata "NUR atau NURON (bergantung pada kalimatnya)" yang berarti pantulan cahaya, "MUNIRO" yang berarti cahaya yang pinjamkan (dipantulkan).

Tidak mungkin BULAN menggunakan kata "SIROJA" atau "DHIYA A" atau "WAHAJ" selalu menggunakan kata "NUR" atau "MUNIRO".


Perhatikan lagi,


86:3
"(yaitu) BINTANG (an Najm) yang cahayanya menembus (ats Tsaqib)" [QS. At Tariq : 30].

Kata Arab untuk BINTANG adalah AN NAJM dan cahayanya digambarkan dengan Tsaqib (menembus). Dia menembus kegelapan dan menghabiskan dirinya sendiri. Jadi, bintang adalah benda angkasa yang memiliki cahayanya sendiri.

Salah satu dari bintang adalah MATAHARI, berarti matahari pun punya cahaya sendiri sama seperti bintang lainnya.


Al Qur'an membedakan bahwa BULAN bercahaya (dari pantulan) dan MATAHARI=pelita (sumber cahaya). Because the Qur'an is not the human's said but God's said.

Meskipun matahari dan bulan dapat menerangi, namun MATAHARI membawa hawa panas serta menghasilkan cahaya sendiri.

Adapun BULAN hanya memantulkan cahaya. Sesuatu tidak akan dikatakan sebagai SIROJ kecuali selalu disertai dengan panas dan alasan menggunakan kata NUR pada bulan karena BULAN dapat memantulkan CAHAYA.
SUMBER :
http://answering-ffi.blogspot.com/2012/04/menjawab-tuduhan-soal-qs-nuh-16-tentang.html?m=1

Posting Komentar

0 Komentar